Perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah sanggup dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebelum tahun 1908 dan setelah tahun 1908. Perjuangan sebelum tahun 1908 selalu sanggup digagalkan oleh penjajah. Hal itu alasannya yaitu usaha masih bersifat kedaerahan, dan usaha masih berupa usaha fisik dengan senjata yang sederhana.
Kegagalan usaha yang telah dilakukan mendorong pejuang mengubah seni administrasi usaha melalui organisasi sosial politik. Awal tahun 1908 mulailah bermunculan banyak sekali organisasi pergerakan nasional ibarat Budi Utomo, Sarekat Islam, Indische Partij, dan PNI. Sejak ketika itu arah usaha bangsa Indonesia pun makin tegas, yaitu mewujudkan persatuan nasional.
Langkah aktual para cowok dalam mewujudkan persatuan yaitu mengadakan rapat besar para cowok Indonesia. Rapat itu dikenal dengan Kongres Pemuda I. Kongres Pemuda I dihadiri oleh beberapa wakil organisasi cowok di tempat ibarat Jong Java (Trikoro Dharmo), Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Batavia, dan Jong Islamitent. Kongres Pemuda I ini dipimpin oleh M. Tabrani. Tujuan kongres ini yaitu memajukan paham persatuan dan kebangsaan, serta mempererat korelasi antara semua perkumpulan pemuda.
Kongres Pemuda I belum berhasil membentuk suatu organisasi yang bersifat nasional. Untuk itu, para cowok menyelenggarakan Kongres Pemuda II. Kongres Pemuda II dimulai tanggal 27 Oktober 1928 di Jakarta, tepatnya di Gedung Katholieke Jongelingen Bond (Gedung Pemuda Katolik) di Lapangan Banteng. Kemudian, tanggal 28 Oktober 1928 mengadakan rapat kedua di Gedung Oost Java Bioscoop mulai pukul 8.00 – 12.00. Rapat dilanjutkan di Gedung Indonesch Clubhuis (Gedung Sumpah Pemuda) Jl. Kramat Raya 106 Jakarta. Organisasi cowok yang hadir dalam kongres ini yaitu dari Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Ambon, Jong Celebes, Pemuda Betawi, Sekar Rukun, dan lain-lain. Dalam kongres ini, para cowok mencetuskan ikrar yang dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Isi ikrar tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertanah air yang satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Awal tahun 1945, kedudukan Jepang di Indonesia makin berkurang. Jepang terlibat perang besar yang dikenal dengan Perang Dunia II. Pada tanggal 6 Agustus 1945, jatuhlah bom atom Amerika Serikat di kota Hiroshima. Pemimpin-pemimpin Jepang menyadari bahwa negaranya telah mendekati kekalahan. Selain kota Hisroshima, kota Nagasakipun dibom oleh Amerika Serikat pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat ledakan dua bom tersebut, ratusan ribu penduduk kota Nagasaki dan Hiroshima meninggal dan luka berat. Hal itu yang mengakibatkan Kaisar Jepang, Hirohito mengalah kepada Sekutu.
Pada tanggal 14 Agustus Jepang resmi mengalah kepada Sekutu. Berita penyerahan Jepang tersebut hingga kepada salah satu cowok Indonesia, Sutan Syahrir. Ia pun segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta dan mendesak semoga kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Namun, kedua pemimpin bangsa itu menolak mengumumkan kemerdekaan Indonesia sebelum bermusyawarah dengan anggota PPKI lainnya. Para cowok segera melaksanakan pertemuan di Lembaga Bakteriologi di Jalan Pengangsaan Timur, Jakarta tanggal 15 Agustus 1945. Pertemuan itu tetapkan bahwa kemerdekaan yaitu hak setiap bangsa, termasuk Indonesia. Oleh alasannya yaitu itu, Bung Karno dan Bung Hatta sebagai tokoh bangsa dibutuhkan ikut menyatakan proklamasi. Namun, Sukarno tetap menolak dan ingin bermusyawarah dengan anggota PPKI lainnya.
Akhirnya, para cowok mengadakan pertemuan di Asrama Baperpi di Jalan Cikini 71, Jakarta. Pertemuan itu tetapkan untuk mengamankan Sukarno dan Hatta ke luar kota semoga jauh dari efek Jepang. Usaha menjauhkan Sukarno dan Hatta inilah yang melahirkan insiden Rengas dengklok.
Pada Tanggal 16 Agustus 1945 Pukul 4.00 WIB, Bung Karno dan Bung Hatta berhasil diamankan oleh para cowok ke luar kota Jakarta menuju Rengasdengklok. Kewibawaan kedua tokoh itu menciptakan para cowok tidak melaksanakan pementingan kepada Bung Karno dan Bung Hatta. Namun, dalam pembicaraan antara kedua tokoh bangsa itu dengan Scudanco Singgih, tersirat adanya kesediaan Sukarno untuk memproklamasikan kemerdekaan segera setelah kembali ke Jakarta. Scudanco Singgih pun segera mengabarkan gosip tersebut kepada para cowok di Jakarta.
Sementara itu, terjadi akad antara Mr. Ahmad Subardjo (wakil golongan tua) dengan para pemuda. Kedua kelompok tersebut setuju untuk membawa kedua tokoh bangsa yang diamankan di Rengasdengklok kembali ke Jakarta. Untuk itu, pada 16 Agustus 1945 pukul 16.00 WIB Ahmad Subardjo dan para cowok menjemput Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Akhirnya, pada pukul 21.00 WIB Bung Karno hingga di kediamannya. Malam itu juga pukul 02.00 WIB di rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta diadakan pembicaraan persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Terkait: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
___________________
Dari: BSE PKn SMP/MTs Kls. VII
Tag :
PKN SMP
0 Komentar untuk "Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia"