Setiap dosen tentu menginginkan dirinya menjadi dosen yang efektif. Artinya, dosen yang berhasil dalam mendidik mahasiswanya. Ukuran keefektivan dosen ini biasanya dilihat dari apakah ia berhasil mengubah mahasiswanya (atau membantu mahasiswa mengubah dirinya) dari posisi semula tidak tahu menjadi tahu, tidak trampil menjadi trampil, tidak mempunyai perilaku baik tertentu menjadi mempunyai perilaku baik tertentu. Untuk itu, banyak dosen yang lalu mencari dan membuat banyak sekali cara pembelajaran yang efektif. Banyak penelitian telah dilakukan di bidang itu dan akhirnya telah semakin membuatkan ilmu pendidikan. Berbagai metode pembelajaran telah ditemukan menyerupai metode berguru aktif, berguru secara kolaborasi, problem-based learning, quantum learning, accelerated learning, di samping metode-metode pembelajaran yang telah usang dikenal menyerupai metode kuliah (ceramah), diskusi, berguru kelompok, sumbangan tugas, membuat rangkuman isi buku, dan sebagainya.
Mengutip goresan pena Good & Brophy (1995), Glenda Wilkes, Ph.D1 menyampaikan bahwa metode kuliah sanggup menjadi metode mengajar yang efektif apabila disusun dan disajikan secara sistematis. Ia juga menyajikan beberapa hasil penelitian yang menandakan bahwa kejelasan, organisasi, dan pengaturan kecepatan (pacing) merupakan ciri utama kuliah yang efektif.
Kejelasan
Hasil penelitian McCaleb dan White (1980) memperlihatkan bahwa metode kuliah (ceramah) yang dibagi menjadi empat bab sanggup membantu pemahaman mahasiswa akan bahan ceramah. Empat bab itu adalah: (1) tujuan kuliah (ceramah) dinyatakan secara terperinci di awal kuliah; (2) pokok-pokok bahasan penting disajikan dan lalu dirangkum ulang; (3) di antara bagian-bagian itu diberikan transisi (jembatan yang menyambungkan antara satu bab dengan bab berikutnya); dan (4) isi kuliah (ceramah) tersebut lalu dirangkum pada simpulan kuliah. Penelitian Smith dan Land (1981) menemukan bahwa kejelasan dalam suatu kuliah sanggup dicapai dengan mengurangi hal-hal yang tidak terperinci (samar-samar) dalam bahan kuliah tersebut. Istilah-istilah yang tidak terperinci itu mencakup kata-kata menyerupai ‘seseorang,’ ‘sesuatu,’ ‘di suatu tempat,’ ‘di suatu saat,’ dsb. Kata-kata tersebut tidak memperlihatkan citra yang terperinci perihal siapa, apa, di mana, dan kapan yang dimaksudkan.. Kata-kata menyerupai ‘hampir’ dan ‘semacam’ juga termasuk kata-kata yang tidak terperinci gambarannya. Demikian pula dengan kata-kata ‘beberapa,’ ‘sebagian,’ dan ‘banyak’.
Oleh alasannya yakni itu, bila Anda ingin meningkatkan efektivitas kuliah (ceramah) Anda, cobalah menyusun bahan kuliah Anda menjadi empat bab menyerupai hasil penelitian McCaleb dan White di atas dan perhatikan serta kurangi kata-kata tidak terperinci yang Anda gunakan dalam kuliah Anda. Tentu saja, sebagai dosen yang juga peneliti, Anda perlu memperhatikan hasil percobaan itu dan mencari tahu mengapa berhasil atau mengapa tidak berhasil (dan tunjukkan bukti/datanya!).
Pengorganisasi
Hasil penelitian Mayer (1982) memperlihatkan bahwa apa yang diucapkan dosen di awal dan di simpulan kuliah akan diingat paling usang oleh mahasiswa. Dengan memperhatikan bab awal (pembukaan) dan simpulan (penutup) kuliah, ketika perhatian mahasiswa lebih terfokus, akan membuat kuliah tersebut semakin efektif (Murray dan Murray, 1992). Bagian awal kuliah yakni saat-saat yang kritis untuk menarik perhatian mahasiswa.
Untuk meningkatkan kejelasan kuliah Anda, cobalah mengajukan pertanyaan, di awal kuliah, yang jawabannya akan Anda berikan dalam bahan kuliah tersebut. Dengan demikian, Anda membuat mahasiswa memikirkan pertanyaan tersebut dan memusatkan perhatiannya untuk menemukan balasan itu dalam bahan kuliah yang akan Anda berikan. Anda juga sanggup menarik perhatian mahasiswa dengan menunjukkan, di awal kuliah Anda, adanya suatu dilemma (yang nanti Anda pecahkan dalam bahan kuliah), data statistik yang menarik, atau menceritakan suatu kisah atau insiden yang menarik dan relevan, atau menempatkan kuliah Anda pada konteks sejarah. Demikian pula, manfaatkan sebaik-baiknya beberapa menit di simpulan kuliah Anda untuk membuat mahasiswa lebih usang mengingat isi kuliah Anda pada hari itu. Cobalah merangkum konsep-konsep penting dalam kuliah yang Anda berikan dengan memakai overhead projector (OHP) sehingga memudahkan mahasiswa menuliskannya dalam catatan kuliah mereka. Atau, ejekan pertanyaan-pertanyaan yang akan Anda jawab dalam perkuliahan berikutnya supaya mahasiswa terbiasa mengharapkan adanya sesuatu yang penting dan relevan di simpulan setiap kuliah Anda.
Mengatur kecepatan bicara merupakan unsur penting dalam berkomunikasi yang baik. Penyajian kuliah secara cepat mungkin sanggup dilakukan ketika membicarakan bahan sudah dikenal atau sudah diketahui mahasiswa sebelumnya. Akan tetapi, untuk bahan baru, atau yang belum dikenal baik, dan yang di dalamnya terdapat beberapa struktur kognitif, Anda mungkin perlu menyajikannya dengan lebih pelan. Dalam periode kuliah selama 50 menit, variasi kecepatan penyajian kuliah ini perlu ada guna mempertahankan perhaian mahasiswa terhadap isi kuliah. Penelitian Beard dan Hartley (1984) menemukan bahwa, tanpa variasi kecepatan penyajian kuliah, jumlah periode di mana mahasiswa tidak memperhatikan isi kuliah menjadi semakin meningkatkan. Cobalah untuk mengubah kecepatan pembicaraan Anda setiap 10 atau 20 menit untuk mengajukan pertanyaan, berpindah ke bab lain ruang kuliah, atau meminta mahasiswa menulis selama satu menit menyerupai untuk merangkum isi kuliah yang telah diberikan 15 menit sebelumnya.
Referensi:
Beard, R.M., and Hartley, J. (1984). Teaching and Learning in Higher Education (4th ed.). London: Paul Chapman.
Good, T.L., and Brophy, J. (1995). Contemporary Educational Psychology. New York: Longman.
Mayer, R. (1982). Learning. In H. Mitzel (Ed.), Encyclopedia of Educational Research (5th ed., Vol. 2). New York: The Free Press.
McCaleb, J., and White, J. (1980). Critical Dimensions in Evaluating Teacher Clarity. Journal of Classroom Interaction, 15, 27-30.
Murray, J., and Murray, J. (1992). How Do I Lecture Thee? College Teaching, Vol. 40 (3), pp. 109-113.
Smith, L., and Land, M. (1981). Low-inference Verbal Behaviors Related to Teacher Clarity. Journal of Classroom Interaction, 17, 37-42.
Di antara metode-metode tersebut, metode kuliah (ceramah) yakni salah satu cara menyajikan bahan pembelajaran yang paling sering digunakan di kalangan dosen alasannya yakni metode ini dikenal sebagai metode mengajar yang murah, gampang dipersiapkan, dan sanggup memberikan informasi/materi pembelajaran kepada banyak mahasiswa sekaligus. Namun, bahyak juga orang yang mengkiritik metode ini alasannya yakni mempunyai banyak kelemahan, antara lain, perhatian dan komunikasi langsung dosen terhadap mahasiswa secara individu menjadi kurang, pengenalan dosen terhadap perkembangan intelektual tiap-tiap mahasiswa juga menjadi kurang, terutama di kelas-kelas besar. Kelemahan-kelemahan tersebut sanggup mengakibatkan metode ini menjadi tidak/kurang efektif.
Mengutip goresan pena Good & Brophy (1995), Glenda Wilkes, Ph.D1 menyampaikan bahwa metode kuliah sanggup menjadi metode mengajar yang efektif apabila disusun dan disajikan secara sistematis. Ia juga menyajikan beberapa hasil penelitian yang menandakan bahwa kejelasan, organisasi, dan pengaturan kecepatan (pacing) merupakan ciri utama kuliah yang efektif.
Kejelasan
Hasil penelitian McCaleb dan White (1980) memperlihatkan bahwa metode kuliah (ceramah) yang dibagi menjadi empat bab sanggup membantu pemahaman mahasiswa akan bahan ceramah. Empat bab itu adalah: (1) tujuan kuliah (ceramah) dinyatakan secara terperinci di awal kuliah; (2) pokok-pokok bahasan penting disajikan dan lalu dirangkum ulang; (3) di antara bagian-bagian itu diberikan transisi (jembatan yang menyambungkan antara satu bab dengan bab berikutnya); dan (4) isi kuliah (ceramah) tersebut lalu dirangkum pada simpulan kuliah. Penelitian Smith dan Land (1981) menemukan bahwa kejelasan dalam suatu kuliah sanggup dicapai dengan mengurangi hal-hal yang tidak terperinci (samar-samar) dalam bahan kuliah tersebut. Istilah-istilah yang tidak terperinci itu mencakup kata-kata menyerupai ‘seseorang,’ ‘sesuatu,’ ‘di suatu tempat,’ ‘di suatu saat,’ dsb. Kata-kata tersebut tidak memperlihatkan citra yang terperinci perihal siapa, apa, di mana, dan kapan yang dimaksudkan.. Kata-kata menyerupai ‘hampir’ dan ‘semacam’ juga termasuk kata-kata yang tidak terperinci gambarannya. Demikian pula dengan kata-kata ‘beberapa,’ ‘sebagian,’ dan ‘banyak’.
Oleh alasannya yakni itu, bila Anda ingin meningkatkan efektivitas kuliah (ceramah) Anda, cobalah menyusun bahan kuliah Anda menjadi empat bab menyerupai hasil penelitian McCaleb dan White di atas dan perhatikan serta kurangi kata-kata tidak terperinci yang Anda gunakan dalam kuliah Anda. Tentu saja, sebagai dosen yang juga peneliti, Anda perlu memperhatikan hasil percobaan itu dan mencari tahu mengapa berhasil atau mengapa tidak berhasil (dan tunjukkan bukti/datanya!).
Pengorganisasi
Hasil penelitian Mayer (1982) memperlihatkan bahwa apa yang diucapkan dosen di awal dan di simpulan kuliah akan diingat paling usang oleh mahasiswa. Dengan memperhatikan bab awal (pembukaan) dan simpulan (penutup) kuliah, ketika perhatian mahasiswa lebih terfokus, akan membuat kuliah tersebut semakin efektif (Murray dan Murray, 1992). Bagian awal kuliah yakni saat-saat yang kritis untuk menarik perhatian mahasiswa.
Untuk meningkatkan kejelasan kuliah Anda, cobalah mengajukan pertanyaan, di awal kuliah, yang jawabannya akan Anda berikan dalam bahan kuliah tersebut. Dengan demikian, Anda membuat mahasiswa memikirkan pertanyaan tersebut dan memusatkan perhatiannya untuk menemukan balasan itu dalam bahan kuliah yang akan Anda berikan. Anda juga sanggup menarik perhatian mahasiswa dengan menunjukkan, di awal kuliah Anda, adanya suatu dilemma (yang nanti Anda pecahkan dalam bahan kuliah), data statistik yang menarik, atau menceritakan suatu kisah atau insiden yang menarik dan relevan, atau menempatkan kuliah Anda pada konteks sejarah. Demikian pula, manfaatkan sebaik-baiknya beberapa menit di simpulan kuliah Anda untuk membuat mahasiswa lebih usang mengingat isi kuliah Anda pada hari itu. Cobalah merangkum konsep-konsep penting dalam kuliah yang Anda berikan dengan memakai overhead projector (OHP) sehingga memudahkan mahasiswa menuliskannya dalam catatan kuliah mereka. Atau, ejekan pertanyaan-pertanyaan yang akan Anda jawab dalam perkuliahan berikutnya supaya mahasiswa terbiasa mengharapkan adanya sesuatu yang penting dan relevan di simpulan setiap kuliah Anda.
Mengatur kecepatan bicara merupakan unsur penting dalam berkomunikasi yang baik. Penyajian kuliah secara cepat mungkin sanggup dilakukan ketika membicarakan bahan sudah dikenal atau sudah diketahui mahasiswa sebelumnya. Akan tetapi, untuk bahan baru, atau yang belum dikenal baik, dan yang di dalamnya terdapat beberapa struktur kognitif, Anda mungkin perlu menyajikannya dengan lebih pelan. Dalam periode kuliah selama 50 menit, variasi kecepatan penyajian kuliah ini perlu ada guna mempertahankan perhaian mahasiswa terhadap isi kuliah. Penelitian Beard dan Hartley (1984) menemukan bahwa, tanpa variasi kecepatan penyajian kuliah, jumlah periode di mana mahasiswa tidak memperhatikan isi kuliah menjadi semakin meningkatkan. Cobalah untuk mengubah kecepatan pembicaraan Anda setiap 10 atau 20 menit untuk mengajukan pertanyaan, berpindah ke bab lain ruang kuliah, atau meminta mahasiswa menulis selama satu menit menyerupai untuk merangkum isi kuliah yang telah diberikan 15 menit sebelumnya.
Referensi:
Beard, R.M., and Hartley, J. (1984). Teaching and Learning in Higher Education (4th ed.). London: Paul Chapman.
Good, T.L., and Brophy, J. (1995). Contemporary Educational Psychology. New York: Longman.
Mayer, R. (1982). Learning. In H. Mitzel (Ed.), Encyclopedia of Educational Research (5th ed., Vol. 2). New York: The Free Press.
McCaleb, J., and White, J. (1980). Critical Dimensions in Evaluating Teacher Clarity. Journal of Classroom Interaction, 15, 27-30.
Murray, J., and Murray, J. (1992). How Do I Lecture Thee? College Teaching, Vol. 40 (3), pp. 109-113.
Smith, L., and Land, M. (1981). Low-inference Verbal Behaviors Related to Teacher Clarity. Journal of Classroom Interaction, 17, 37-42.
Sumber:
http://www.pendidikanislam.net/
Tag :
SUDUT KAMPUS
0 Komentar untuk "Memberi Kuliah Yang Efektif"