Malu



MALU

Yan Karta Sakamira
11 Januari 2018

JIKA ENGKAU TIDAK MALU, BERBUATLAH SESUKAMU

Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِيْ مَسْعُوْدٍٍ اْلأَنْصَاريِ الْبَدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((إِنَّ مِـمَّـا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِِ النُّبُوَّةِ اْلأُوْلَى : إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ ؛ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ)). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ.

Dari Abu Mas’ûd ‘Uqbah bin ‘Amr al-Anshârî al-Badri radhiyallâhu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui oleh insan dari kalimat kenabian terdahulu adalah, ‘Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.’”
(HR: Bukhari, Ahmad, Ibnu Majah, al-Baihaqi, Ibnu Hibban)


MALU MENDATANGKAN KEBAIKAN

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْـرٍ.

“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata.” [Muttafaq ‘alaihi]

Dalam riwayat Muslim disebutkan,

اَلْـحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ.

“Malu itu kebaikan seluruhnya.”


MALU ADALAH CABANG KEIMANAN.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َاْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ.

“Iman mempunyai lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi ialah perkataan ‘Lâ ilâha illallâh,’ dan yang paling rendah ialah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan aib ialah salah satu cabang Iman.”
(HR: Bukhari, Muslim, Abu Dawud, an-Nasa’I, Ibnu Majah)


ALLAH MENCINTAI ORANG YANG MALU.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِيٌّ سِتِّيْرٌ يُـحِبُّ الْـحَيَاءَ وَالسِّتْرَ ، فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ.

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Pemalu, Maha Menutupi, Dia menyayangi rasa aib dan ketertutupan. Apabila salah seorang dari kalian mandi, maka hendaklah ia menutup diri.”
(HR: Abu Dawud, an-Nasa’I, Ahmad)


MALU ADALAH AKHLAK PARA MALAIKAT.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ أَسْتَحْيِ مِنْ رُجُلٍ تَسْتَحْيِ مِنْهُ الْـمَلاَ ئِكَةُ.

“Apakah saya tidak pantas merasa aib terhadap seseorang, padahal para Malaikat merasa aib kepadanya.” (HR: Muslim)



MALU ADALAH AKHLAK ISLAM.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا وَخَلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ.

“Sesungguhnya setiap agama mempunyai akhlak, dan budpekerti Islam ialah malu.”
(HR: Ibnu Majah, ath-Thabrani)


MALU MENCEGAH MELAKUKAN MAKSIAT.

Ada salah seorang Shahabat Radhiyallahu anhu yang mengecam saudaranya dalam dilema aib dan ia berkata kepadanya, “Sungguh, aib telah merugikanmu.” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دَعْهُ ، فَإِنَّ الْـحَيَاءَ مِنَ الإيْمَـانِ.

“Biarkan dia, alasannya aib termasuk iman.”
(HR: Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban)

Abu ‘Ubaid al-Harawi rahimahullâh berkata, “Maknanya, bahwa orang itu berhenti dari perbuatan maksiatnya alasannya rasa malunya, sehingga rasa aib itu menyerupai keyakinan yang mencegah antara ia dengan perbuatan maksiat.”


MALU SENANTIASA SEIRING DENGAN IMAN, BILA SALAH SATUNYA TERCABUT HILANGLAH YANG LAINNYA.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اَلْـحَيَاءُ وَ اْلإِيْمَانُ قُرِنَا جَمِـيْعًا ، فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ اْلاَ خَرُ.

“Malu dan keyakinan senantiasa bersama. Apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya.”
(HR: al-Hakim, ath-Thabrani)


MALU AKAN MENGANTARKAN SESEORANG KE SURGA.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اَلْـحَيَاءُ مِنَ اْلإِيْمَانِ وَ َاْلإِيْمَانُ فِـي الْـجَنَّةِ ، وَالْبَذَاءُ مِنَ الْـجَفَاءِ وَالْـجَفَاءُ فِـي النَّارِ.

“Malu ialah bab dari iman, sedang keyakinan tempatnya di Surga dan perkataan kotor ialah bab dari watak kasar, sedang watak bernafsu tempatnya di Neraka.”
(HR: Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Hibban, al-Hakim)


Tag : TAUSYIYAH
0 Komentar untuk "Malu"

Back To Top